Jakarta, CNBC Indonesia – Ambisi Presiden Joko Widodo untuk menyetop impor garam masih jauh panggang dari api. Nyatanya hingga 2023, impor garam Indonesia masih terus melonjak.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor garam Indonesia pada 2023 mencapai US$ 135,3 juta atau setara dengan 2,8 juta ton garam. Impor garam paling banyak dilakukan dari Australia, yakni dengan nilai US$ 106 juta.
Sementara India ada di urutan kedua dengan nilai US$ 25 juta. Selandia Baru menyusul dengan nilai impor US$ 2,3 juta, Jerman US$ 183 ribu, dan Thailand US$ 196 ribu, serta negara lainnya US$ 724 ribu.
Data pada 2023 itu menunjukkan nilai impor garam Indonesia yang terus melonjak selama beberapa tahun terakhir. Pada 2017, Indonesia mengimpor 2,5 juta ton garam dengan nilai US$83 juta. Garam-garam tersebut didatangkan dari Australia, India, Selandia Baru, hingga Thailand.
Berlanjut di 2018, jumlahnya naik menjadi 2,8 juta ton dengan nilai US$90,5 juta. Kemudian turun di 2019 menjadi 2,5 juta ton dengan nilai US$95,5 juta. Pada 2020 dan 2021 angkanya kembali naik yaitu 2,6 juta ton dan 2,8 juta ton dengan nilai masing-masing US$94,5 juta dan US$107,5 juta. Sedangkan pada 2022, angka impor garam Indonesia senilai US$ 124 juta.
Padahal, Presiden Joko Widodo meminta impor garam distop pada 2024. Lewat, Peraturan Presiden (Perpres) No 126 Tahun 2022 Tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional yang ditetapkan pada 27 Oktober 2022, Jokowi mau seluruh kebutuhan garam baik konsumsi maupun industri dipenuhi dari dalam negeri.
Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) pun merespons keinginan Jokowi. Direktur Jasa Kelautan Ditjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP Miftahul Huda mengungkapkan pihaknya terus menggenjot produksi garam dalam negeri.
“Produksi garam lokal rata-rata 1,5 – 2 juta ton per tahun, dan akan ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya,” ungkap Miftahul Huda. https://gondrongjabrik.com/