Muak Ditipu Instagram-TikTok, Kreator Buka-Bukaan Upah di Website Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Berbeda dengan pekerja kreatif di media, kreator konten di media sosial tidak punya standar bayaran iklan. Dampaknya, banyak YouTuber dan TikToker yang hanya diupah kecil meskipun konten mereka viral.

Lindsey Lee Lurgin adalah seorang kreator yang muak dibayar murah oleh brand. Ia kemudian mendirikan Fuck You Pay Me (FYPM), sebuah website berisi database upah yang dibayar brand ke kreator.

Para kreator dengan sukarela memberikan data upah yang mereka dapatkan dari tiap brand. Di situ, mereka juga menuliskan secara spesifik target yang mereka capai untuk mendapatkan upah tertentu dari brand.

“Ada yang berterima kasih, karena website ini ia bisa membayar sewa apartemen bulan ini. Tadinya ia hanya ditawarkan kaus oblong gratis oleh brand, tetapi setelah bergabung dengan FYPM ia tahu bahwa ia bisa menerima bayaran US$ 2.000 [Rp 31 juta],” kata Lurgin kepada Tech Crunch, dikutip Selasa (16/1/2024).

Pembuat konten di media sosial selama ini kesulitan untuk mengetahui upah yang pantas mereka terima dari brand atau dari perusahaan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. 

Mereka menuntut kebijakan yang lebih transparan dari platform media sosial karena mayoritas pendapatan mereka dimediasi lewat platform raksasa tersebut. Setiap kali ada perubahan algoritma atau regulasi, kreator bisa kehilangan pendapatan besar. 

Dalam kasus terburuk, akun yang disuspensi atau diretas bisa menghantam bisnis para kreator. Misalnya, seorang kreator dibayar US$ 5.000 (Rp 78 juta) untuk sebuah post di Instagram. Jika akun tersebut tidak bisa diakses dengan alasan apapun, mereka gagal dibayar.

Saking seringnya kejadian seperti itu, kini ada startup yang menawarkan asuransi peretasan akun media sosial dengan para kreator sebagai pasar utama.

“Instagram tidak punya layanan pelanggan sama sekali, jika ada masalah dengan akun, Anda tidak bisa minta tolong ke siapapun kecuali Anda kenal orang dalam,” kata Erin McGoff, seorang kreator yang diikuti oleh 3 juta akun di media sosial.

Seorang kreator dengan jumlah pengikut sebanyak McGoff pun kini ngos-ngosan. “Di Instagram, saya punya video yang ditonton 900.000 kali dan hanya mendapatkan US$ 6 [Rp 93 ribu].”

Masalah lain yang dihadapi oleh content creator adalah repost. Tanpa ada regulasi, banyak pengguna media sosial yang mengunduh konten dari media sosial kemudian melakukan repost untuk meraih pendapatan.

“Tidak ada cara untuk melaporkan itu dan meminta take down. Instagram senang karena mereka meraup banyak uang, tetapi kreator tidak senang. Karena apa yang bisa saya lakukan, berhenti post di Instagram?” kata Hannah Williams, pendiri Salary Transparent Street (STS), yang punya 2 juta pengikut di berbagai platform media sosial. https://sukaati.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*