Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi Laut Merah makin ngeri. Wilayah 15% perdagangan internasional itu kini semakin panas karena makin masifnya serangan Houthi seiring serangan Amerika Serikat (AS) dan Inggris ke Yaman akhir pekan lalu.
Dalam update AFP, Selasa (16/1/20234), Houthi menyerang sebuah kapal kargo milik AS dengan sebuah rudal Senin waktu setempat. Gibraltar Eagle yang berbendera Kepulauan Marshall mengalami kebakaran di wilayah permukaan kapal.
“Militan Houthi yang didukung Iran menembakkan rudal balistik anti-kapal dari wilayah Yaman … dan menyerang Gibraltar Eagle,” tulis Komando Sentral AS (CENTCOM) dikutip di media sosial X.
“Kapal tersebut melaporkan tidak ada korban luka atau kerusakan signifikan dan terus melanjutkan perjalanannya,” tambahnya meski menyebut ada kebakaran.
Perlu diketahui Houthi memang telah beberapa bulan melancarkan serangan ke kapal-kapal di Laut Merah. Milisi itu beralasan ini sebagai bentuk protes atas serangan Israel ke Gaza.
Houthi menyinyalir kapal-kapal yang diserang terkait Israel. Akibatnya beberapa perusahaan pelayaran besar telah menghindari jalur menuju Terusan Suez itu, dan beralih ke Ujung Harapan di Afrika Selatan, guna menuju Eropa.
Ini dikhawatirkan menambah biaya logistik yang berujung pada kelangkaan barang dan kenaikan harga di kosumen. Menurut Institut Ekonomi Dunia Kiel Jerman, saat ini, sekitar 200.000 kontainer diangkut melalui Laut Merah setiap hari, turun dari sebelumnya, 500.000 per hari pada bulan November.
Hal ini kemudian membawa AS dan sekutu masuk dengan membuat kolisi khusus “Operation Prosperity Guardian“. Koalisi ini terdiri dari 20 negara yang berkomitmen untuk membela pelayaran internasional dan mencegah serangan Houthi di Laut Merah.
Beberapa kali ketegangan terjadi antara Houthi dan koalisi AS tersebut. Jumat, AS dan Inggris tiba-tiba menyerang beberapa kota di Yaman dengan alasan memberi Houthi konsekuensi atas tindakan di Laut Merah.
“Houthi melakukan operasi militer yang menargetkan kapal Amerika di Teluk Aden dengan menggunakan sejumlah rudal angkatan laut yang sesuai,” kata juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, sesaat setelah serangan.
Sumber militer dan pemerintah Yaman juga membenarkan serangan seraya menyebut Houthi menembakkan tiga rudal. Sebuah rudal balistik anti-kapal sebelumnya juga diluncurkan namun gagal dalam penerbangan dan jatuh di darat.
Dalam updatenya, Departemen Transportasi AS telah merekomendasikan agar kapal komersial yang terkait dengan AS tidak memasuki Laut Merah bagian selatan. Badan itu kembali memperingatkan “risiko tingkat tinggi” dari “potensi serangan balasan”.
Pergeseran Serangan Houthi
Sementara itu, Ambrey, sebuah perusahaan risiko maritim Inggris menilai serangan kini bergeser. Di mana Houthi kini menargetkan kepentingan AS sebagai tanggapan atas serangan militer Paman Sam di Yaman.
“Kapal itu tidak berafiliasi dengan Israel,” katanya merujuk Gibraltar Eagle.
“Dampaknya dilaporkan menyebabkan kebakaran di palka. Kapal curah tersebut dilaporkan masih layak berlayar, dan tidak ada korban luka yang dilaporkan,” tambak Ambrey lagi.
Saat kejadian, kapal tersebut diketahui sedang transit di Koridor Transit Rekomendasi Internasional. Ini sebuah jalur di Teluk Aden yang biasa menjadi tempt aparat mencari bajak laut.
Pergeseran serangan juga dikatakan Mohammed Albasha, analis senior Timur Tengah di konsultan Navanti Group yang berbasis di AS. Ia mengatakan serangan di Teluk Aden bisa menandakan perubahan strategi oleh kelompok Houthi.
“Dengan kapal perang Angkatan Laut AS dan Angkatan Laut Kerajaan yang mengarahkan senjata mereka terutama ke Laut Merah, saya memperkirakan adanya potensi pergeseran, di mana Houthi mengalihkan perhatian mereka ke kapal-kapal di Teluk Aden dan Laut Arab,” katanya. https://frutangjeruk.com/